BAGIAN 46: KELICIKAN AUWYANG HONG
KEESOKAN PAGINYA, ia bertemu
dengan Auw yang Hong, dimana pemuda tersebut membawa sikap yang tetap manis
kepadanya. Ong Tiong Yang juga menyembunyikan perasaannya, ia melayani Auwyang
Hong dengan sikap yang biasa saja, mereka telah makan bersama-sama pula.
Diwaktu itu tampak Auwyang
Hong berkata dengan tersenyum manis: „Totiang, aku sesungguhnya sangat
berterima kasih kemarin Totiang telah berusaba merecoki kami, antara aku dengan
gadis she Lie itu tetapi sayang nya gadis she Lie itu memiliki adat yang
berangasan, sehingga kurang kusenangi."
Ong Tiong Yang tersenyum, ia
tidak memperlihatkan sikap tidak senangnya, hanya hanya berpikir: „Pemuda ini
ternyata seorang licik sekali...... !”
Tetapi dimulutnya ia telah
berkata: „Jika memang bisa kubantu tentu akan kubantu, asal memang menurut
kemampuan yang ads pada Pinto...... !”
Auwyang Hong tersenyum.
„Mewang Totiang tampaknya
seorang pendeta yang welas asih sekali.......!" kata Auwyang Hong kemudian
sambil tersenyum.
Ong Tiong Yang membalas
senyumnya.
„Tetapi tentu saja tidak bisa
dikatakan begitu, kalau saja Siecu (tuan) memerlukan baatuanku, dan aku tidak
bisa memberikannya tentu Siecu akan menganggap bahwa diriku ini se orang
pendeta yang sangat jahat........!"
Mendengar-dilrinya disindir,
disaat itu juga segera Auwyang Hong terdiam, ia melirik kepada Ong Tiong Yang,
tetapi ia tidak melihat sikap sinis dari pendeta itu, tetapi justru yang
dirasakan bahwa adanya perobaban panggilan yerhadapnya.”
Ong Tiong Yang padanya,
sebelummya panggilan terhadap dirinya adalah hengtay (saudara), justru hari ini
Ong Tiong Yang memanggilnya dengan sebutan butan Siecu, yaitu tuan. Kejanggalan
inilah yang membuat Auwyang Hong jadi berpikir.
Sejenak lamanya mereka hanya
bersantap, tanpa ber-kata2 lagi.
Setelah selesai bersantap, Ong
Tiong Yang tertawa sambil katanya : „Bagaimana pendapat Siecu mengenai nona Lie
itu, apakah ia seorang gadis yang manis dun patut dijadikan kekasih atau memang
ia seorang gadis yang memuakkan.
Auwyang Hong tersenyum.
„Memang parasnya cantik, jika
ia memilihii sifat yang lembut, tentu senang sekali aku bisa mengambilnya
menjadi kekasihku...!"
,,Bagaimana jika gadis itu
meminta agar Siecu menjadi kekasihnya, apakah kau akan menolaknya?" tanya
Ong Tiong Yang.
Auwyang Hong tertawa.
,,Kukira aku tidak memiliki
peruntungan sebesar itu," katanya.
,,Kenapa ?" tanya Ong
Tiong Yang , bukankah Siecu juga seorang pemuda yang gagah, tampan dan menarik
?"
Auwyang Hong telah menghela
napas.
,,Gadis itu tampaknya tidak
manyukai diriku," kata Auwyang Hong.
Mendengar ini, Ong Tiong Yang
telah berpikir lagi: „Pemuda ini memang seorang pemuda yang senang sekali
berdusta, rupanya memang sudah mendjadi sifatnya, di mana ia tak bisa menjadi
seorang pemuda yang jujur dan baik........"
Tetapi dimulutnya Ong Tiong
Yang berkata dengan sabar: „Tetapi jika memang Siecu mau berusaha dengan sabar,
tentu Siecu bisa mempersunting dirinya.... pernah Pinto bertemu dengannya dan
bercakap-cakap dengannya, justru Pinto melihatnya bahwa ia seorang gadis yang
menarik dan lembut sekali, disamping parasnya yang cantik...........!"
Auwyang Hong tartawa.
„Soal itu biarlah nanti saja
kita lihat lagi, mungkin juga pendapat, Totiang benar, tetapi dalam hal ini
jelas aku tidak berani terlalu ceroboh untuk-mencari teman hidup........!"
Ong Tiong Yang mengangguk,
tetapi ia berkata dengan sabar : „Baiklah jika memang demikian. Dan semoga saja
Siecu bisa memperoleh seorang kawan hidup yang baik,"
,,Terima kasil Totiang."
„Nah, Pinto kira, kita telah berkumpul
cukup lama, disamping itu juga, Pinto masih memiliki banyak urusan, maka dari
itu kita berpisah sampai disini saja........"
Mendenger itu, muka Auwyang
Hong jadi berobah, dia telah berkata dengan nada suara yang agak ter-gesa2 :
,,Mengapa Totiang begitu kesusu hendak berpisah denganku, bukankah kita baru
saja berkenalan dan bisa menggalang persahabatan beberapa saat lamanya? Jika
memang Totiang tidak menolak, akupun bermaksud untuk mengikat tali persahabatan
dengan Totiang.
,,Sayangnya Pinto masih
memiliki banyak persoalan yang harus diselesai... menyesal sekali pinto harus
berpisah dengan Siecu... dan kelak kitapun akan berjumpa kembali.......!"
Auwyang Hong jadi muram, ia
memperlihatkan wajah yang mengandung penyesalan waktu mengangguk.
,,Baiklah Totiang, selamat
jalan, sampai jumpa dilain waktu .... !"
Ong Tiong Yang segera pamitan
dan melangkah keluar dari rumah makan tersebut.......
Auwyang Hong mengantarkan
sampai dipintu luar.
Justru waktu itu Auwyang Hong
seperti teringat sesuatu.
„Tunggu dulu Totiang ......
!" katan-ya.
Ong Tiong Yang menoleh.
„Ada apa lagi Siecu : . .
.?" tanyanya.
,,Apakah Totiang masih ingat
orang yang mengenakan topeng merah pada kemarin hari ?" tanya Auwyang
Hong.
Ong Tiong Yang mengangguk
sambil tersenyum.
„Tentu saja Pinto masih ingat
dengan baik, bukankah orang bertopeng merah itu justru telah berurusan dengan
kita juga ?"
Auwyang Hong mengangguk.
,,Begini Totiang, justru
semalam secara diam2 aku telah pergi menyelidiki dan aku berhasil mencari jejaknya
......!" kata Auwyang Hong.
,,Mencari jejak orarg
bertopeng merah itu?" tanya Ong Tiong Yang sambil memperlihatkan wajah
keheranan.
Auwyang Hong mengangguk.
,,Benar Totiang, jika memang
Totiang mau pergi bersama-sama denganku, mari kita datangi dia. ..!"
Ong Tiong Yang tersenyum sabar
waktu mendengar pekataan Auwyang Hong.
„Sayangnya Pinto tidak merasa
punya sakit hati pada orang bertopeng merah itu ...... dimanakah jejak orang
bortopeng merah itu berhasil kau jumpai?" tanya Ong Tiong Yang.
,,Disebuah kuil didekat pintu
kota......!" sahut Auwyang Hong.
„Disebuah kuil rusak!"
„Ohhh... !" pikiran Ong
Tiong Yang seketika teringat kepada Lie Siu Mei.
Segera Ong Tiong Yang juga
dapat menduganya, tentunya Auwyang Hong ingin mempertemukan dirinya dengan Lie
Siu Mei setelah ia melihat pendeta ini bermaksud pergi, dan tidak-bisa ditahan
lebih dipertemukan dengan Lie Siu Mei, setidak-tidak nya kekasih Auwyang Hong
itu memiliki jalan untuk melibat Ong Tiong Yang pula.
Menduga begitu, Ong Tiong Yang
jadi tersenynm lebar, akhirnya ia, mengangguk.
,,Baiklah," ia
menyanggupi ajakan Auw yang Hong, karena Ong Tiang Yang juga jadi tertarik
untuk mengetahui apa yang hendak di lakukan oleh Auwyang Hong bersama Lie Siu
Mei
Tampak Auwyang Hong jadi
girang, ia to lah irterengkapkan sepasang tangannya memberi rormpt kepada Ong
Tiong Yang, katanya :„terima kasih....., terima kasih.....!" katanya
berulang kali.
Begitulah, mereka berdua telah
berangkat dalam waktu yang singkat mereka telah tiba di kuil yang rusak didekat
pintu kota.
Ong Tiong Yang menduga dengan
tepat.
Ia memang di kekuil rusak
dimana semalam Auwyang Hong telah mengadakan pertemuan dengan Lie Siu Mei.
Waktu itu, Ong Tiong Yang
hanya berdiam diri saja, karena ia ingin mengetahui apa yang hendak dilakukan
oleh Auwyang Hong.
Ia hanya mengikuti saja.
Sedangkan Auwyang Hong telah
menunjuk kearah kuil rusak yang tampaknya sepi ini.
„Semalam aku melihat dia
memasuki kuil itu...!'' katanya.
Ong Tiong Yang tertawa.
„Apakah semalam kau hanya
mengintai dan melihat orang bertopeng merah itu memasuki kuil tersebut?"
tanyanya.
Auwyang Hong mengangguk.
„Benar...!" dan ia
menoleh memandang kepada Ong Tiong Yang, dilihatnya pendeta itu tengah tertawa
mengawasi padanya.
„Siecu, kata Ong Tiong Yang.
Kau tentu mengerti,
kemungkinan bahwa orang bertopeng merah itu hanya singgah dikuil ini untuk
beristirahat saja... dan sekarang dia telah pergi lagi entah kemana...!"
,,Muagkin juga ia masih berada
didalam bukankah kuil ini merupakan kuil rusak""
Ong Tong Yang mengangguk.
„Baiklah, jika memang
demikian, mari kita melihatnya kedalam.....!”
Mereka berdua telah mendekati
kuil itu.
Hanya yang membuat,Ong Tiong
Yang hampir tertawa justru melihat Auwyang Hong membawa sikap yang berhati-hati
sekali, melangkah dengan hati-hati dan mementang matanya lebar lebar berwaspada
sekali, padahal orang yang berada didalam kuil itu tentunya sigadis Lie Siu
Mei, kekasihnya.
Ong Tiong Yang mengikuti
dibelakang Auw yang Hong, dengan mulut hanya tersenyum-senyum saja.
Sedangkan Auwyang Hong telah
berkata dengan suara perlahan : „Mari kita menyergap nya dengan mendadak
........!"
Ong Tiung Yang dengan hati
yang merasa geli telah mengiyakan, dan mereka telah melompat masuk kedalam kuil
rusak itu.
Tetapi didalam ruangan kuil itu
justru mereka tidak menjumpai seorang manusiapun juga.
Disaat itu, tampak Auwyang
Hong telah mencari-cari kesana kemari.
„Jika dilihat keadaan
demikian, tampaknya dugaan Totiang memang benar" katanya.
„Dan orang bertopeng merah itu
rupanya telah berlalu.........!"
Ong Tiong Yang tersenyum.
„Tunggu dulu," kata Ong
Tiong Yang: „Justru aku seperti mencium bau harumnya minyak wangi seorang
wanita . . . . !"
Mendengar perkataan Ong Tiong
Yang, wajah Auwyaug Hong jadi berobah merah.
„Apakah memang orang memakai
topeng merah itu seorang yang memiliki sifat banci seperti yang kuduga ?
Hmm......., mungkin dia yang memakai bau harum-haruman itu............!"
Ong Tiong- Yang telah
tersenyum lagi, tetapi sebelum ia sempat berkata, disaat itu telah muncul sesosok
tubuh dengan gerak yang gesit, sesosok tubuh yang ramping dan seketika juga
didalam ruangan itu tercium bau harum semerbak.
„Kau.........?" Auwyang
Hong memperlihatkan sikap terkejut, dan ia telah memandang kepada orang yang
baru muncul, yang tidak lain dari Lie Siu Mei.
Ong Tiong Yang tersenyum dan
berkata : „Jika tidak salah, nona tentunya adalah nona Lie Siu Mei, kekasih
dari Auwyang Siecu ini.
Mendengar perkataan Ong Tiong
Yang, Lia Siu Mei memperlihatkan sikap seperti orang yang kebingungan, tetapi
cepat ia memandang kepada Auwyang Hong, seperti meminta isyarat dari kekasihnya
itu.
Auwyang Hong diam-diam
mengedipkan matanya.
Lie Siu Mei yang memperoleh
isyarat kedipan mata dari Auwyang Hong, segera tersenyum memperlihatkan sikap
seperti orang yang malu-malu.
„Totiang, rupanya rupanya
engkau telah berhasil menolong aku !" katanya dengan su ara yang setenang
mungkin, dan juga tidak lu pa melontarkan senyumnya.
Ong Tiong Yang membalas
senyumnya.
,,Ya, apa yang telah nona
pesankan telah kulakukan, dan aku memperoleh kenyataan bahwa Auwyang Hengtai
ini mencintaimu, siang dan malam selalu merindukan nona !"
Muka sigadis berobah merah, ia
memperlihatkan sikap seorang gadis yang sngat merasa malu.
Hal ini membuat Ong Tiong Yang
berpikir didalam hatinya :„Pandai sekali gadis ini bersandiwara !" dan
iapun telah beikata dengan suara yang tawar : „Dan sekarang, pinto kira urusan
dan tugas pinto telah selesai, kalian telah saling bertemu, maka pinto
bermaksud hendak pamitan untuk melanjutkan perjalanan...!"
Mendengar perkataan Ong Tiong
Yang, tampaknya Lie Siu Mei jadi terkejut, ia segera menoleh kepada Auwyang
Hong, namun secepat itu pula ia bisa memutuskan sendiri langkah-langkah apa
yang perlu dilakukannya.
Maka segera ia merangkapkan
sepasang tangannya menjura memberi hormat kepada Ong Tiong Yang.
Ong Tiong Yang tidak bersedia
menerima pemberian hormat itu, ia menyingkir kesamping.
,,Untuk apa pemberian hormat
nona Lie ?" tanyanya. ter-sipu2.
Lie Siu Mei segera berkata :
„Totiang, bukankah Totiang masih ingat ketika dirumah makan kemarin itu, aku
pernah meminta pertolongan kepada Totiang, yaitu inginkan sesuatu bantuan dari
totiang....... ?"
Ong Tiong Yang mepngangguk.
„Benar......!" sahutnya.
„Kalau memang demikian,
tentunya Totiang membantuku tidak setengah jalan, dan Totiang tentunya akan
memberikan pertolongan tidak tanggung2 dan akan melakukannya sampai selesai
urusan itu . . . !"
Ong Tioag Yang tersenyum.
,,Maksud nona ?" tanyanya.
,„Justru aku hendak meminta
bantuan Totiang jangan setengah jalan," kata Lie Siu Mei lagi."
„Kalau begitu, bantuan apalagi
yang harus Pinto berikan ?" tanya Ong "I'ioug Yang.
,,Bantuan apa, nona Lie
?" tanya Ong Tiong Yang lagi.
„Bantuan yang tidak begitu
sulit, jika memang Totiang bersedia untuk membantu...!'' kata Lie Siu Mei
dengan nada yang mana.
„Cobalah nona katakan dengan
jelas........!"
„Sesungguhnya. .. aku akan
menyampaikan hal itu hanya empat mata pada Totiang ........!" sahut Lie
Siu Mei dengan suara sangat perlahan sekali.
Ong Tiong Yang tersenyum lebar
sambil menoleh kepada Auwyang Hong.
Sedang Auwyang Hong cepat2
berkarta: „Kalau mefmang ada sesuatu yang ingin dibicarakan empat mata, biarlah
aku pergi saja dulu, dan Auwyang Hong memutar tubuh, hendak keluar dari kuil
tersebut
Tetapi Ong Tiong Yang
mengeluarkan tangannya mencekal tangan Auwyang Hong katanya ,Tidak perlu
Hengtai keluar, kita, ber-cakap2 disini saja...!" sengaja Ong Tiong
"Yang memanggil Auwyang Hong dengan sebutan Hengtai lagi, untuk menutupi
kecurigaan Auwyang Hong, karena ia mengetahui Auwyang Hong adalah seorang
pemuda yang memiliki otak encer dan sangat cerdas.
Auwyang Hong tersenyum
katanya: „Apakah dengan hadirnya aku di sini tidak akan mengganggu kalian
...?"
Tetapi Lie Siu Mei telah
menggelengkan kepalanya perlaban, katanya lagi : „Justru aku hendak
membicarakan hal itu dengan Totiang dibawah empat mata .... !"
Ong Tiong Yang cepat2
merangkapkan tangannya memberi hormat, sambil tertawa kata nya : „Maafkan hal
itu tidak bisa Pinto luluskan, karena kurang pantas jika pinto berada bersama
dengan nona hanya berdua saja.... !"
Sigadis tersenyum.
„Tetapi kita bukankah tidak
melakukan sesuatu yang melanggar hal-hal yang diluar dari kepantasan ?"
tanyanya,
Ong Tiong Yang tersenyum.
„Tetapi justru dalam anggapaon
orang lain tentu tidak pantas, sebagai seorang Tojin, tidak bisa Pinto
meluluskan permintaan nona !"
Dan setelah berkata begitu, t
mpak Ong Tiong Yang tersenyum sambil merangkapkan sepasang tangannya, ia
menjura memberi hormat, katanya dengan suara yang seperti mengandung penyesalan
: „Maafkan . . . . !"
Ketika Ong Tiong Yang memberi
hormat, Auwyang Hong telah beranjak dari tempat berdirinya, melangkah menuju
kepintu kuil untuk keluar.
„Biarlah aku menyingkir saja,
kalian tentu ber-cakap2 memakan waktu yang tidak lama bukan?" katanya
sambil melangkah.
Ong Tiong Yang cepat2
mengulapkan tangannya sambil katanya: „Saudara Auwyang, kemarilah... jika
memang hanya berdua dengan nona Lie ini, kekasihmu maka biarlah Pinto berlalu
saja .......!"
Lie Siu Mei berusaha tersenyum
lebar-lebar, katanya dengan sikap yang agak manja : ,,Totiang, mengapaTotiang
begitu sungkan?"
Ong Tiong Yang cepat-cepat
merangkapkan tangannya lagi memberi hormat, lalu katanya: ,,Pinto juga tidak
bisa berdiam disini terlalu lama, maafkan pintu, Pinto akan segera pamitan
....... minta diri. . . .! “
Dan tanpa menantikan jawaban
dari Lie Siu Mei, tampak Ong Tiong Yang telah memutar tubuhnya akan segera
berlalu dari situ.
Waktu itu Lie Siu Mei jadi
sibuk sekali menghadang dihadapan Ong Tiong Yang.
,.Totiang, apakah totiang
tidak merasa kasihan padaku ? Apakah totiang tidak bersedia menolongku ?"
tanya Lie Siu Mei.
Ong Tiong Yang tersenyum
sambil melangkah terus menuju kepintu kuil tersebut.
,,Kita bicara diluar kuil
saja. ..!" katanya kemudian.
Lie Siu Mei tidak berdaya
menahan Ong Tiong Yang, yang waktu itu telah melangkah keluar din menghampiri
Auwyang Hong. Belum lagi ia tiba dihadapan Anwyang Hong, yang waktu itu tengah
berdiri menjublek memandangi ke-arah jalan raya, disaat itu Ong Tiong Yang
telah berkata dengan suara yang pasti: ,,Saudara Auwyang ....... Pinto tidak
bisa terlalu lama menemani kalian, karena masih ada urusan lainnya yang perlu
Pinto selesaikan...!"
Dan taapa menantikan jawaban
Auwyang Hong, Ong Tiong Yang telah melangkah lebar meninggalkan tempat
tersebut.
Auwyang Hong jadi terkejut,
begitu juga Lie Si u Mei.
Totiang, tunggu
dulu.......!" panggil mereka hampir berbarengan.
Tetapi Ong Tiong Yang tidak
memperdulikan mereka, dan telah melangkah terus meninggalkan mereka.
Auwyang Hong dan Lie Siu Mei
jadi berdiri menjublek mengawasi kepergian imam itu.
Setelah berjalan agak jauh dan
melihat Auwyang Hong dan Lie Siu Mei tidak mengikutinya, Ong Tiong Yang
menghela napas dalam2 kemudian pikirnya : „Sungguh litjik pemuda she Auwyang
itu. .......!"
Dan setelah dia berpikir
demikian, Ong Tiong Yang mempercepat langkahnya, ia telah berlalu deagan cepat
bermaksud meninggalkan tempat itu, karena ia menyadari jika terlalu lama
disitu, jelas dirinya akan diganggu oleh Auwyang Hong dan Lie Siu Mei, yang
licik itu.
Saat itu, tampak Auwyang Hong
dan Lie Siu Mei yang menyadari bahwa rencana mereka gagal, hanya bisa menghela
napas saja, menyesali bahwa rencana mereka diatur kurang begitu rapih, sehingga
tojin itu bisa lolos dari tangan mereka, dan apa yang mereka harapkan tidak
bisa tercapai.
---oo0oo---