BAGIAN 17: BERUSAHA MELARIKAN DIRI
„SUDAHLAH, biarlah bocah ini
kita tinggalkan saja dipulau ini. Aku ingin meninggalkan pulau ini dengan
mempergunakan perahunya, dan kau Dewi Bangsat, apakah engkau mau ikut bersamaku
?"
„Hemmm......., enak saja kau
bicara, apakah engkau kira aku ini isterimu ?" tanya Lauw Cie Lan dengan
suara yang dingin.
„Dengan seenaknya engkau
mengajak aku untuk naik perahu bersamamu......!"
Muka Lu Liang Cwan jadi
berobah merah, tetapi dia tidak marah oleh teguran Lauw Cie Lan, hanya tertawa
dengan suara yang keras.
„Memang engkau bukan isteriku,
jika engkau berkeras dan memaksa ingin men jadi isteriku, tentu aku akan lari
terbirit-birit ketakutan...!"
„Apa kau bilang ?" tanya
Lauw Cie Lan mendongkol.
„Kukatakan tadi, jika engkau
sendiri yang memaksa aku menjadi suamimu, aku akan lari terbirit-birit
ketakutan...siapa yang kesudian mengambil seorang Dewi Bangsat seperti kau
menjadi isteriku...?" dan puas berkata begitu, Lu Liang Cwan telah tertawa
bergelak-gelak.
Disaat itu, muka Lauw Cie Lan
berobah merah padam, dia tersinggung sekali dan mendongkol, maka begitu
kata-kata Lu Liang Cwan selesai diucapkan dan dia tengah tertawa, Lauw Cie Lan
telah membarengi dengan menggerakkan tangan kanannya, dia melancarkan serangan
yang kuat sekali.
„Eh, tunggu dulu, apa yang kau
lakukan?" teriak Lu Liang Cwan sambil melompat berkelit.
Oey Yok Su yang menyaksikan
kelakuan kedua orang tokoh sakti itu jadi tertawa bergelak, karena walaupun,
bagaimana ia merasa lucu sekali menyaksikan sepak terjang kedua orang tokoh
sakti ini.
Maka setelah melihat Lauw Cie
Lan ingin melancarkan serangan lagi, ia hanya berdiam diri, bahkan Oey Yok Su
mengharapkan kedua orang itu terlibat dalam pertempuran lagi, sehingga ia bisa
melarikan diri.
Tetapi Lu Liang Cwan selalu
mengelakkan diri dari serangan Lauw Cie Lan, tampaknya ia sama sekali tidak
berselera untuk bertempur lagi dengan jago betina itu.
Tepat bersamaan dengan
mengelaknya Lu Liang Cwan, Lauw Cie Lan kembali menyerang pula saling susul.
Lu Liang Cwan walaupun tidak
bermaksud untuk bertanding lagi dengan wanita tua yang liehay itu, tokh ia
harus melayani, juga lawannya.
Semakin lama Lauw Cie Lan
menyerang semakin keras dan kuat.
Tetapi Lu Liang Cwan juga
tidak kurang- gesitnya berkelit kesana kemari seperti juga tubuhnya itu telah
berobah menjadi bayangan saja, berkelebat kesana kemari tidak hentinya.
Begitulah, mereka berdua telah
terlibat dalam pertempuran lagi.
Oey Yok Su tidak mau membuang
kesempatan yang ada, diam-diam dia menjauhi diri. Dan disaat jarak mereka telah
terpisah jauh, Oey Yok Su berlari meninggalkan tempat itu, ia bermaksud menuju
kepantai untuk mencapai perahunya dan meninggalkan pulau ini.
Memang selama beberapa hari
dipulau ini Oey Yok Su telah kenal dengan keadaannya, itulah yang membuat Oey
Yok Su tidak memperoleh kesulitan waktu melarikan diri dan cepat sekali ia tiba
ditepi pantai. Dilihatnya perahunya masih tertambat ditempatnya semula.
Cepat sekali tanpa berani
membuang waktu lagi Oey Yok Su membuka tali tambatannya dan mendorong
perahunya, lalu dia segera melompat kedalamnya. Dengan mempergunakan tenaga
lwekangnya Oey Yok Su telah menggerakkan kayu pengayuhnya untuk mendayung
perahu itu.
Tetapi rupanya Lu Liang Cwan
dan Lauw Cie Lan yang tengah bertempur itu juga memiliki mata yang celi. Lu
Liang Cwan lebih duIu melihat Oey Yok Su tidak berada ditempatnya, dia segera
melompat- mundur sambil mengeluarkan suara seruan menjauhi Lauw Cie Lan.
„Anak itu melarikan
diri...!" teriaknya.
Sebetulnya Lauw Cie Lan ingin
melancarkan serangan lagi, tetapi mendengar teriakan Lu Liang Cwan, dia jadi
menunda keinginannya itu. Dia telah menoleh kesekelilingnya, dan memang dia
tidak melihat Oey Yok Su.
Hatinya jadi tercekat.
„Dia tentu lari kepantai untuk
mengambil perahunya guna melarikan diri.
Ayo kejar...!" teriak Lu
Liang Cwan waktu melihat tapak-tapak bekas kaki Oey Yok Su.
Kedua orang itu memiliki
ginkang yang telah mahir, maka mereka dapat berlari seperti terbang saja,
dengan cepat mereka tiba dipantai.
Waktu itu mereka masih sempat
melihat Oey Yok Su telah berada diatas perahunya dan tengah mendayung untuk
menjauhi pulau itu.
Dengan mengeluarkan suara
teriakan keras, tubuh Lu Liang Cwan melompat dan berlari diatas pasir dipantai
tersebut, dengan segera kakinya juga menerobos air laut dipantai. Waktu itu
jarak yang terpisah antara perahu Oey Yok Su belum begitu jauh, dengan mudah ia
telah mengulurkan tangannya, seperti tengah membetot sesuatu.
Anehnya perahu Oey Yok Su
seperti kena digenggam suatu kekuatan yang hebat dan telah meluncur kembali
kearah pantai!
Hati Oey Yok Su terkejut, ia
mengerahkan sinkangnya dan menampar kearah belakang perahunya, maksudnya untuk
menghalau kekuatan tenaga sinkang Lu Liang Cwan yang menguasai perahunya.
Sedangkan Lu Liang Cwan sambil
berusaha menguasai perahu itu dengan mempergunakan kekuatan tenaga lwekangnya,
juga melangkah terus mendekati, dan ketika jarak mereka sudah tidak ada
setombak lagi, Lu Liang Cwan melompat keatas perahu.
„Kembali kedarat...!"
teriak Lu Liang Cwan dengan suara mengancam.
Oey Yok Su menghela napas, dia
tidak berani membantah perintah Lu Liang Cwan, karena pemuda ini menyadari
orang tua ini memang liehay sekali ilmu silatnya.
Dia mendayung kembali
perahunya menuju kedarat.
Lu Liang Cwan girang bisa
mernbatalkan maksud Oey Yok Su melarikan diri.
Begitu juga Lauw Cie Lan telah
menjejakkan kakinya beberapa kali, dalam sekejap mata tubuhnya telah berada
didalam perahu.
Namun diwaktu itulah Oey Yok
Su telah mendorong tubuh Lu Liang Cwan.
Hal itu tidak disangka sama
sekali oleh jago tua she Lu, sehingga tidak ampun lagi tubuhnya terjungkel dari
dalam perahu, dan tercebur kedalam air laut.
Lauw Cie Lan terkejut, ia
telah mengeluarkan suara seruan keras.
Oey Yok Su tidak memperdulikan
Lauw Cie Lan, dia mendayung perahunya kuat-kuat dengan maksud menjauhi
perahunya dari daratan.
Tetapi Lu Liang Cwan begitu
kecebur, karena air laut ditepi pantai memang tidak dalam hanya selutut saja,
cepat bisa bangun kembali dan mengejar perahu itu.
Waktu ia menjejakkan"
kakinya, tubuhnya telah melompat ketengah perahu lagi.
Oey Yok Su sudah tidak
berusaha untuk melakukan apa-apa lagi, dia hanya mendayung terus sambil
menggumam: „Biarlah kita berangkat bertiga meninggalkan pulau itu...!"
Memang yang ditakuti oleh Oey Yok Su justru kalau perahunya ini dirampas oleh
Lu Liang Cwan dan Lauw Cie Lan, ia sendiri yang akan ditinggal oleh kedua orang
itu, untuk jadi penjaga pulau kosong- tersebut.
GAMBAR 07
Hal itu tidak disangka sama
sekali oleh jago tua she
Lu, sehingga tidak ampun lagi
tubuhnya terjungkel
dari dalam perahu, dan
tercebur kedalam air laut.
Tetapi Lu Liang Cwan telah
berteriak-teriak dengan suara nyaring : „Cepat kembali kedaratan...... kembali
!".
Tetapi Oey Yok Su tidak
memperdulikannya, ia mendayung terus, sehingga perahu telah meluncur cukup
jauh.
Sedangkan Lauw Cie Lan
memandang ngeri kearah air taut.
la tidak bisa berenang, kalau
sampai perahu itu terbalik, niscaya yang akan menerirna bencana adalah dirinya.
„Jangan timbulkan goncangan
terlalu keras.......!" Lauw Cie Lan memperingati pada Lu Liang Cwan,
karena orang tua itu menghentak-hentak kakinya dengan jengkel, membuat perahu
itu tergoncang keras sekali,
Oey Yok Su melihat hal ini,
karena dia cerdas, dia telah mengetahui kelemahan Lauw Cie Lan. Sengaja Oey Yok
Su berkata: „Lauw Cianpwe..... jika memang Lu Cianpwe bergerak-gerak terus,
perahu akan karam terbalik.......!"
Kata-kata Oey Yok Su membuat
Lauw Cie Lan tambah ketakutan, sehingga dia mengawasi mendelik kepada Lu Liang
Cwan sambil menghardik: „Engkau mau diam atau tidak? Jika sampai perahu ini
terbalik, dan aku tercebur dicialam air laut, untuk seterusnya aku tidak akan
memaafkanrnu, kepalamu akan kuhantam hancur.........!".
Lu Liang Cwan tertawa
mengejek.
„Justru aku hendak memaksa dia
untuk mengembalikan arah perahu kepantai...!" sahutnya.
Dan Lu Liang Cwan telah
melangkah ingin mendekati Oey Yok Su.
Melihat bahaya yang mengancam,
Oey Yak Su telah berkata: „Berhenti disitu Lu Cianpwe, jika masih Lu Cianpwe
melangkah maju, selangkah saja, kayu pengayuh ini akan kulemparkan ketengah
laut, biarlah kita akan berlayar dengan perahu tanpa kayu
pengayuh.......!".
„Hemm......!" merah padam
muka Lu Liang Cwan, ia mengawasi Oey Yok Su dengan sorot rrrata yang tajacn,
sampai katanya kemudian : „Baiklah ! Baiklah ! Sekarang kau putar haluan kem
bali kepantai......!"
„Tidak mau........!"
menggeleng Oey Yok Su.
„Mengapa tidak mau ?"
tanya Lauw Cie Lan dengan cemas.
„Aku tidak mau kembali
kepantai, karena kalian ingin merampas perahu ini dan lalu meninggalkan aku
digulau itu !" menyahuti Oey Yok Su.
„Kami tidak akan merampas
perahumu kata Lauw Cie Lan memberikan keyakinan kepada Oey Yok Su.
......!"
Oey Yok Su tetap menggelengkan
kepalanya dan selama mereka berkata-kata seperti itu Oey Yok Su terus juga
mengayuh, sehingga perahu meluncur terus menjauhi pantai.
„Dua kali Lu Cianpwe pernah
mengatakan ia ingin merampas perahuku ini, dan ingin meninggalkan aku hidup
seorang diri dipulau kosong itu...!" menjelaskan Oey Yok Su.
„Jika nanti dia berani
merampas perahumu, biar aku yang hantam kepalanya sampai hancur...!" janji
Lauw Cie Lan.
Tetapi Oey Yok Su tetap
menggelengkan kepalanya, katanya: „Lebih baik kita berlayar bertiga.....
bukankah tidak lama lagi kita bisa sampai didaratan dan disaat itu barulah kita
berpisah...! ".
Lauw Cie Lan lelah berkata
lagi dengan sikap yang agak gugup.
„Bagai mana kita hendak
melakukan perlayaran jika kita tidak membawa perbekalan ? Bukankah kita tidak
membawa air dan makanan? Bagaimana kalau perjalanan kita ini memakan waktu
beberapa hari lamanya ?"
Ditanya begitu, Oey Yok Su
mengakui kebenaran perkataan jago wanita she Lauw tersebut.
Tetapi untuk kembali kepulau
tentu saja Oey Yok Su tidak mau, karena pemuda ini menyadarinya jika sampai ia
kembali kepulau, tentu dirinya terancam bahaya yang tidak kecil, dimana ancaman
dari Lu Liang Cwan dan Lauw Cie Lan ini, kedua tokoh sakti tersebut yang be-lum
tentu bisa dihadapinya.
Namun jika mereka berlayar
juga, tokh mereka akan kehausan dan kelaparan jika dalam beberapa hari mereka
tidak berhasil menemui daratan. Inilah yang membuat Oey Yok Su jadi di agak
bingung.
Pemuda ini memang otaknya
cerdas, segera ia bisa mengambil keputusan, maka tanyanya: „Apakah locianpwe
berdua dapat dipercaya kata-katanya ?"
„Tentu saja.....!" sahut
Lu Liang Cwan yang menyelak cepat.
„Kami akan memegang perkataan
kami, kau tidak perlu kuatir......!".
„Tunggu dulu, aku mau
mengantarkan Locianpwe berdua kembali kedaratan dipulau itu, tetapi terus
terang aku tidak bersedia untuk menginjak kembali pulau tersebut.
Maka jika jarak pantai darl
pulau tersebut terpisah lima tombak, kalian harus melompat turun saja dan aku
akan berlayar lagi.
Jika memang locianpwe setuju,
itupun ada syaratnya...!".
„Syarat apa ?" tanya Lauw
Cie Lan.
„Setelah locianpwe berdua
sampai didaratan pulau itu, kalian harus melemparkan perbekalan air dan makanan
kepadaku...!".
Kedua orang tua itu berdiam
diri, tetapi Lauw Cie Lan yang memang ingin cepat-cepat kembali kedaratan,
telah tidak sabar, cepat ia mengangguk, katanya: „Baiklah, syaratmu itu akan
kupenuhi...!".
„Dan bagaimana dengan Lu
cianpwe ?" tanya Oey Yok Su.
„Aku ingin meninggalkan pulau
itu...!" sahut Lu Liang Cwan.
„Maka yang terpenting kita
kembali kepulau untuk mengambil air minum dan makanan. Setetah itu kita
berlayar lagi...!,
„Kita......?"
„Ya.... !".
„Jadi Lu Cianpwe akan
mengajakku, tidak akan meninggalkan aku dipulau itu ?" tanya Oey Yok Su
menegasi.
„Ya.... !".
„Baiklah kalau begitu, lalu
bagaimana dengan Lauw Cianpwe ?"
„Aku lebih senang tinggai
dipulau itu, jika memang kalian mau pergi, pergilah...... aku masih senang
tinggal dipulau yang tenang itu.......!''
Setelah memperoleh kepastian
seperti itu,
Oey Yok Su memutar haluan
perahunya, menuju kepantai pulau tersebut lagi.
---oo0oo---