BAGIAN 31: AKSI SI NENEK PENGUASA IM YANG HUN
BONG KIM LIAN yang telah
menculik Toan Hongya, lalu membawa pulang kekamar rumah penginapannya.
Tetapi sesampai dikamar rumah
penginapan itu, ia teringat Liu Liang Cwan dan Oey Yok Su masih menginap
disana, jika terjadi keributan dikamarnya tentu akan memancing perhatian kedua
orang tersebut.
Akhirnya ia menjejakkan
kakinya melocat meninggalkan penginapan tersebut sambil menggendong Toan
Hongya, ia teringat suatu tempat.
Ternyata Bong Kim Liam membawa
Toan Hongya kesebuah kuil kuno yang terletak dipinggiran kota, yang pernah
dilihatnya saat dia datang pertama kali ke Tailie.
Kuil itu diurus oleh tiga
orang pendeta yang telah berusia pertengahan baya.
Tetapi hal itu tidak membuat
rintangan atau kesulitan bagi Bong Kim Lian.
la mengetuk pintu kuil yang
tertutup dan seorang pendeta yang berusia pertengahan baya yang tampaknya masih
mengantuk sambil mengusap-usap matanya, telah membuka pintu kuil.
Waktu melihat tamunya adalah
seorang wanita cantik yang menggendong seorang pemuda yang tampaknya tengah
tertidur nyenyak, pend ta itu jadi heran.
„Ada urusan penting apakah
dimalam buta seperti ini nona datang berkunjung kekuil kami?" tanya
pendeta itu.
Bong Kim Lian tersenyum manis.
„Kami tengah melakukan perjalanan
dan kemalaman ditengah jalan, malangnya sahabat ku ini juga terserang semacam
penyakit, sehingga ia perlu memperoleh perawatan. Apakah Tai su bersedia
memberikan sedikit tempat untuk kami benaung melewati malam yang dingin
ini?"
Pendeta itu tidak memiliki
alasan untuk menolaknya.
Kalau memang wanita itu datang
seorang diri, tentu bisa saja ia menolaknya dengan alasan dikuil itu memang
tidak terdapat wanita dan tentu tidak akan baik jika dilihat orang luar.
Namun sekarang yang membuat
dia sulit menolaknya justru wanita itu menyatakan sahabatnya itu tengah
terserang semacam penyakit, maka pendeta itu telah membuka pintu lebih lebar,
ia mempersilahkan tamunya itu untuk masuk.
Bong Kim Lian girang melihat
tipu daya nya telah berhasil.
Setelah pendeta itu menutup
pintu kuil, ia mengajak Bong Kim Lian kesebuah kamar yang tidak begitu besar,
dan hanya dilengkapi oleh sebuah pembaringan.
„Dikamar ini nona bisa
beristirahat ......., kalian boleh mempergunakan kamar ini kata pendeta itu.
„Terima kasih Taisu ......
!"kata Bong Kim Lian sambil meletakkan Toan Hongya dipembaringan.
„Dikuil ini terdapat beberapa
orang pendeta yang mengurus kuil ini, Taisu," tanya Kim Lian lagi.
Pendeta itu tertegun sejenak,
tetapi tokh ia menyahuti juga.
„Tiga orang, termasuk Lolap
......!" sahut pekdeta itu.
„Bisa kami meminta sedikit air
hangat ?" tanya Bong Kim Lian lagi.
Pendeta itu mengangguk.
„Tunggu, Lolap akan
mengambilkannya!" katanya, dan ia telah menuju kedapur.
Sedang kan Bong Kim Lian diam2
telah mengikutinya, diluar tahu pendeta itu sendiri.
Ketika pendeta itu telah
mengambilkan air hangat dari dapur dan akan menuju kekamar Bong Kim Lian,
justru wanita cantik itu telah berada dihadapannya, mengejutkan pendeta itu.
Waktu itu Bong Kim Lian telah
berkata : „Terima kasih Taisu, maaf kan mengganggu tidur Taisu, silahkan tidur
lagi.......!" dan Bong Kim Lian menyambuti tempat air hangat itu, ia
mengulurkan tangan kanannya dengan cepat, dan ternyata pendeta itu telah
tertotok jalan puiasnya.
Pendeta itu hanya merasakan
dada sebelah kirinya sakit, kemudian sudah tidak sadarkan diri, tubuhnya
terkulai rubuh dilantai. Dia telah terdidur dengan keadaan tertocok.
Bong Kim Lian bekerja cepat.
Sambil membawa tempat air hangat itu ia tidak kembali kekamar dimana Toan Hongya
berada, tetapi dikelilinginya kuil-itu, ia melibat dua orang pendeta yang
berusia pertengahan baya tengah tertidur nyenyak disebuah kamar.
Cepat sekali Bong Kim Lian
mendorong daun pintu kamar yang tidak terkunci itu, ia menotok jalan darah
pulas pendeta yang tengah tidur ....... kedua pendeta itu akan terus tidur
sampai dua hari dua malam karena totokan tersebut.
Cepat2 Bong Kim kembali
kekamar dimana Toan Hongya tergeletak, ia menuangkan sedikit air hangat kedalam
sebuah cawan, kemudian dicampur sedikit bubuk putih, yaitu bubuk pelemas
seperti yang diminum oleh Oey Yok Su beberapa saat yang lalu.
Bong Kim Lian kemudian
menghampiri pembaringan, ia duduk ditepi pembaringan.
Dilihatnya Toan Hongya
tertidur nyenyak sekali akibat asap pulas yang dibakar beberapa waktu yang
lalu.
Ditekan kedua rahang Toan
Hongya kemudian waktu mulut Toan Hongya terbuka, Bong Kim Lian memasukan air
bercampur bubuk putih obat pelemas itu, ia tuangkan kedalam mulut Toan Hongya,
dan menekan tenggorokkan raja itu sehingga cairan itu masuk kedalam
kerongkongannya.
Bong Kim Lian tersenyum puas.
Dengan tidak sabar ia duduk
menantikan Toan Hongya terpengaruh obat pelemas itu, yang akan bekerja selama
sepeminuman teh, maka Bong Kim Lian harus menanti dulu sebelum menyadari pemuda
itu dari pulasnya.
Bong Kim Lian tersenyum,
ketampanan yang dimiliki Toan Hongya tidak kalah jika dibandingkan dengan Oey
Yok Su, juga tubuhnya yang tegap disamping juga Kim Lian mengetahui pemuda ini
memiliki kepandaian yang tinggi.
Setelah yakin obat pelemasnya
bekerja, Bong Kim Lian menotok jalan darah Toan Hongya.
Toan Ceng terbangun dari
tidurnya.
la hecan sekaii ketika pertama
kali membuka matanya melihat dirinya berada ditempat asing.
Yang lebih mangejutkan batinya
justru ia melihat wanita cantik dihadapannya.
Dan yang lebih membuat ia
tertegun adalah wanita itu Bong Kim Lian, yang -diketahuinya dari Oey Su dan Lu
Liang Cwan sebagai wanita cabul.
"Siapa... siapa kau....
mengapa kau membawaku kemari ?, mengapa aku berada di sini ?" tanya Toan
Ceng dengan suara gagap.
Bong Kim Lian tersenyum manis
sekali.
"Hongya," katanya
dengan suara yang merdu, ia memanggil Hongya, karena Kim Lian telah mengetahui
asal usul pemuda ini, yang merupakan Kaisar negeri Tailie inai.
Engkau mengingau dalam mimpimu,
engkau berjalan diluar sadarmu ......, engkau keluar istana dan keluyuran
seorang diri dalan keadaan tidur aku kuatir Hongya mengalami sesuatu yang tidak
diinginkan, telah mengikuti sampai dikuil ini.
Mendengar perkataan Hong Kim
Liau bukan main herannya Toan Ceng.
"Apakah benar2 telah
terjadi begitu? tanyanya heran.
Kim Lian, mengangguk.
"Ya....." Hongya
telah mengalami mimpi yang memtbuat Hongya jadi jalan dalam keadaan tidur
.......!" sahut wanita cantik ini.
Tetapi Toan Hongya yang
otaknya terang dan cerdas mana bisa mempercayai parkataan wanita ini.
Ia mengetahui, selama hidupnya
belum pernah mengalami peristiwa seperti itu.
Dan juga saandainya ia
bermimpi berjalan dalam keadaan tertidur, jelas ia akan di lihat oleh para
pengawal istana. Tetapi mengapa tahu2 ia telah berada diruang yang asing
seperti ini ?
Apa lagi mernang Toan Hongya
tela mengahui dari Oey Yok Su dan Lu Liang Cwan, bahwa wanita cantik ini adalah
seorang wanita cabul yang menyukai anak muda, untuk diambil sari keperjakaannya,
Toan Ceng jadi bergidik.
la, berusaha untuk bangun
duduk, tetapi dirasakana tubuhnya lemas sekali, ia seperti tidak memiliki
tenaga, dan tangannya yang menunjang berat tubuhnya, jadi gemetaran, sehingga
akhirnya Toan Hongya telah rebah kembali,
Bong Kim Lian berkata dengan
suara yang manis : „Hongya jangan terlalu banyak bergerak dulu," katanya.
„Hongya perlu istirahat,
biarlah aku yang merawatmu ......!"
„Siapa engkau sebenarnya
?" tanya Toan Ceng kemudian.
Kim Lian tersenyum lagi.
„Siauwmoy she Bong dan bernama
Kim Lian," kata Kim Lian memperkenalkan di rinya, kebetulan Siauwmoy
tengah berke ana dinegeri Hongya.........!"
„Hemm.......," tertawa
tawar Toan Hongya, dan kemudian berkata dengan tidak senang: „Baiklah, jika
memang benar apa yang telah engkau ceritakan itu, aku berterima kasih atas
pertolonganmu, tetapi aku akan segera kembali ke istana, agar orang2 istana
tidak menjadi bingung atas kepergianku ini.........!"
Sambil berkata begitu, Toan
Hongya berusaha untuk bangun.
Tetapi tenaganya habis, ia
sama sekali terlalu lemah untuk bangun dari pembaringan itu.
„Jangan terlalu banyak
bergerak Hongya, percayalah...... Hongya masih terlalu lemah." kata Kim
Lian.
Toan Ceng jadi kaget, karena
ia banar2 merasakan tenaganya seperti lenyap sama sekali. Seketika itu juga
Toan Ceng menduga, pasti semua ini adalah perbuatan main gila perempuan cabul
ini.
Tetapi sebagai seorang yang
cerdas Toan Hongya tak mau menunjukan kemarahannya, ia hahya berkata : „Terima
kasih atas pertolongan yang telah engkau berikan ... dan maukah engkau,
menolongku lagi ?"
„Katakanlah Hongya, dengan
senang hati aku akan menolong dan membantu, jika memang aku bisa melakukannya
........!" kata Kim Lian cepat.
„Dapatkah engkau pergi
keistana untuk rnemberitahukan keadaanku ini, agar orang2 istana datang
menjemput diriku ?"
Kim Lian tertawa.
„Mana bisa Hongya ? Hari telah
larut malam....... sedangkan aku seorang wanita, mana berani aku berke!uyuran
seorang diri dimalam buta seperti ini ?"
Toan Ceng semakin keras
dugaannya bahwa dirinya memang dikerjakan oleh wanita ini diculiknya. Maka
hatinya jadi mendongkol.
Tetapi Toan Hongya tidak
memperlihatkan kegusaran hatinya, ia hanya berkata : „Baiklah jika begitu,
tetapi kuharap pagi engkau tolong memberitahukan pada orang istana mengenai
keadaan diriku ini dan minta mereka menjemputku......! "
Bong Kim Lian tersenyum sambil
mengangguk.
„Dengan senang hati aku akan
melaksanakan perintah Hongya.....!"
„Aku tentu tidak berani
rnenolak perintah Toan Hongya, tetapi jika aku menolongi Hongya, aku akan
menerima hadiah, bukan? Maksudku hadiah dari Hongya."
Toan Ceng jadi ragu2, tetapi
akhirnya ia mengangguk juga.
„Tentu...., tentu.... pihak
istana akan memberikan hadiah yang cukup banyak atas pertolongan yang engkau
berikan padaku. Engkau lentu akan diberikan uang dan harta perhiasan yang cukup
banyak atas jasa2mu ini........ !" kata Toan Hongya.
Tetapi Bong Kim Lian telah
menggelengkan kepalanya.
„Bukan itu yang kukehendaki,
Hongya," kata Bong Kim Lian kemudian.
Hati Toan Ceng tercekat, „Lalu
apa yang kau kehendaki?" tanyanya, walaupun Toan Ceng mulai merinding
..... karena dapat menduga apa yang diminta wanita ini, yang menurut Oey Yok Su
dan Lu Liang Cwan merupakan wanita cabul.
„Aku menghendaki hadiah dari
Hongya.......!" sahut Kim Lian tertawa.
„Mengharapkan hadiah
dariku?"
„Ya, aku hendak tolongi
Hongya, tetapi aku juga menginginkan,agar Hongya sendiri yang memberikan hadiah
itu kepadaku.........!"
„Hadiah apa yang engkau
kehendaki dariku?" tanya Toan Hongya.
„Tidak banyak..... entah
Hongya akan merasa atau tidak jika aku mengatakannya?" kata Kim Lian
sambil mengawasai Toan Hongya disertai senyuman2nya.
„Katakanlah........!"
„Aku....... aku
hendak......!" tetapi Kim Lian tidak meneruskan perkataannya itu, ia
ter-senyum2 memperlihatkan sikap seperti malu2..... „Katakanlah......"
bentaknya.
„Baiklah Hongya, harap Hongya
tidak marah." kata Kim Lian.
„Sesungguhnya aku hendak
menyerahkan diri kepada Hongya...... menyerahkan bulat2 ....... betapa
bangganya jika aku bisa tidur semalaman saja bersama Hongya, karena itu berarti
merupakan kenangan yang sangat berharga, dimana aku telah bisa tidur bersama
seorang Kaisar seperti Hongya !"
Mendengar perkataan Kim
Lianitu, tubuh Toan Hongya jadi merinding ..... seketika ia teringat perkataan
Oey Yok Su dan Lu Liang Cwan bahwa wanita cantik ini sesungguhnya seorang nenek
tua yang telah berusia hampir delapan puluh tahun, yang tengah meyakinkan ilmu
Im Yang Hun, ilmu sesat yang membutuhkan banyak sekali sari keperjakaan pemuda
....... !"
Teringat begitu, muka Toan
Hongya jadi berobah pucat.
Apa lagi teringat bahwa
dirinya dalam keadaan lemas tidak bertenaga.
Disaat seperti inilah barulah
Toan Hongya mau mempercayai keterangan Oey Yok Su dan Lu Liang Cwan.
Tetapi segalanya telah terlambat
........
Bong Kim Lian melihat
perobahan wajah raja ini, ia tersenyum sambil katanya : „Hongya, tentu engkau
tidak keberatan mengabulkan permintaanku itu ?"
Toan Hongya diam.
„Bagaimana Toan Hongya"
desak Kim Lian.
Hongya itu berdiam terus.
Kim Lian mendesak terus,
akhirnya Toan Hongya bisa mengambil keputusan.
„Baiklah....., aku akan
menerima usulmu itu setelah aku berada diistana kembali.
Engkau beritahukan dulu orang
istana, agar mereka menjemputku kemari, dan setelah aku berada diistana, aku
mengirim orang untuk menjemputmu masuk istana.......!"
Tetapi Bong Kim Lian bukan
orang bodoh ia melihat Toan Hongya seperti ragu2 dan memandang dia dengan sorot
mata jijik, maka Bong Kim Lian yakin bahwa Toan Hongya ini tentu telah
mengetahui keadaan dirinya lewat Oey Yok Su dan Lu Liang Cwan.
la yakin bahwa permintaan Toan
Hongya itu hanyalah untuk memperdayakan dirinya, agar bisa meloloskan diri dari
keadaan sekarang.
„Mengapa tidak sekarang saja,
Hongya ? Bukankah sekarang ini merupakan kesempatan yang baik ?" tanya Kim
Lian.
„Bukankah disini hanya kita
berdua saja ?"
Mendengar perkataan Kim Lian
yang mendengung nada mendesak seperti itu, Toan Hong ya jadi bingung juga.
Sedangkan Kim Lian berkata :
„Jika memang aku nanti di jemput masuk kedalam istana, hal itu akan diketahui
banyak orang jelas hal ini tidak menggembirakan, tentu akan menimbulkan
kecurigaan mereka yang akan menjadi bahan pembicaraan mereka.
Menuru: pendapatku alangkah
baiknya jika kita ini dapat segera melakukannya sekarang saja .. karena inilah
kesempatan yang paling baik......I"
Toan Hongya cepat2
menggelengkan kepalanya berulang kali.
„Tidak........tidak
bisa.......!" katanya agak gugup.
Mana bisa dilakuan
sekarang.......seperti engkau lihat kesehatanku sekarang ini agaknya terganggu,
semangat dan tenagaku seperti lenyap ..... aku tidak memiliki tenaga, berarti
dalam satu-dua hari aku harus beristirahat dulu memulihkan semangatku
........!"
Bong Kim Lian tersenyum.
„Hongya jangan salah pabam,
itu bukan berarti tenaga lenyap.......justru tadi Siauwmoy telah lancang tangan
memberikan sedikit obat penenang, obat yang bisa membuat Hongya tenang sehingga
tidak menimbulkan keributan bagi orang2 disekitar tempat ini, obat itu memang
mendatangkan rasa lemas dan tenaga seperti lenyap dari tubuh.
Tetapi setelah lewat satu hari
lagi, semuanya itu akan lenyap....... dan tenaga Hongya akan pulih kembali.
Bukan berarti bahwa sekarang ini Hongya tidak bisa melaksanakan tugas untuk
tidur bersama Siauwmoy ......!"
Genit sekali waktu Kim Lian
berkata begitu, tubuhnya juga di-gerak2kan dengan gerak gerik yang menggiurkan,
sehingga Toan Hongya jadi muak melihatnya.
Tetapi yang, mengejutkan Toan
Hongya justru Kim Lian mengakui bahwa lemasnya
dia disebabkan oleh semacam
obat yang diberikan oleh wanita ini.
Maka perasaan marah,
mendongkol dan penasaran telah berkecamuk menjadi satu didalam hati raja ini.
Waktu itu Bong Kim Lian telah
tertawa manis, sambil menggeliatkan tubuhnya untuk menimbulkan rangsangan, dia
juga berkata : „Apakah aku terlalu jelek, Hongya ?"
Toan Ceng berdiam diri saja,
ia jadi tergetar hatinya diliputi oleh perasaan jijik dan ngeri, diam2 ia jadi
merinding.
Bong Kim Lian berkata : „Tentu
Hongya tidak keberatan untuk mengabulkan permintaanku ?"
Toan Ceng menghela napas.
„Tetapi jika sekarang aku
keberatan.......!" kata Toan Hongya kemudian.
„Lalu kapan?"
„Setelah aku berada
diistana."
„Itulah urusan yang tidak enak
untuk pihakku, kata Kim Lian.
„Tetapi untuk melakukan
segalanya ditempat yang kotor seperti ini aku tidak bersedia, Toan Ceng mencari
alasan.
„Hemm, Toan Hongya terlalu
men-cari2 alasan, kata Kim Lian.
„Sungguh, tentu tempat yang
sekotor ini tidak akan mendatangkan kegairahan dan kegembiraan," menyahuti
Toan Ceng tetap dengan pendiriannya.
„Tetapi justru aku
menghendakinya sekarang saja, Hongya .......!"
Toa Ceng terdiam.
Jika dilihatnya keadaan
seperti ini memang agak sulit juga ia bisa mengelakkan diri dari tangan wanita
cabul tersebut.
la jadi memutar keras
pikirannya.
„Bagaimana Hongya?"
Didesaknya begitu Toan Ceng
berusaha untuk tersenyum.
„Engkau demikian cantik dan
manis, maka jika kita hanya sekedar melakukan apa yang kau kehendaki itu
disini, engkau sendiri yang rugi ....... !" kata Toan Ceng.
„Memaag mudah, aku bisa saja
tidur bersamamu disini, tetapi......tentu itu tidak berarti apa2. Tetapi jika
aku telah kembali keistana, dan aku perintahkan orang menjemputmu, bukankah
engkau lebih bahagia.
Jika mungkin, malah aku
bersedia mengambil kau menjadi permaisuri, engkau sangat cantik, tentu orang2
istana akan menyetujui keinginanku itu .... !"
Kim Lian telah berpengalaman.
Mana bisa di bujuk seperti itu ?"
Maka wanita cantik, ini teleh
melontarkan senyumnya sambil menggeliat genit.
„Hongya, kita tidak perlu
berpikir terlalu jauh........ yang terpenting sekarang saja kita tidur bersama.
Bukankah kita akan sama2 senang ? Soal pengangkatan diriku untuk menjadi
permaisuri Hongya, itu terserah nanti saja akupun tidak berpikir sejauh itu.
Asal aku tidur bersama Hongya
yang agung dan memiliki kekuasaan penuh di Tailie ini, sudah merupakan suatu
kebanggaan buatku. . . !"
„Tentu aku tidak bisa
melakukannya, ditempat seperti ini, engkau harus ingat bahwa aku adalah raja
dinegeri ini," kata Toan Ceng.
Kembali Kim Lian senyum.
„Hongya, dengarlah,"
katanya kemudian.
„Aku tidak mengharapkan apapun
juga. Jika memang Hongya telah meluluskan untuk tidur bersamaku dihari ini,
maka begitu fajar menyingsing aku akan keistana untuk -memberitahukan orang2
istana agar menjemput Hongya. Bukankah itu merupakan pikiran yang bagus ?"
Toan Ceng jadi terdesak, dan
ia bingung sekali. Sebagai seorang akhli silat yang telah memiliki kepandaian
tinggi, memang Toan Hongya bisa saja pura2 menuruti keinginan wanita cabul ini.
Dan kelak jika, mereka tengah bercumbu Toan Hongya bisa mempergunakan
kesempatan untuk mencelakai Kim Lian.
Namun yang membuat Toan Hongya
ragu2 justru disaat itu ia tengah dipengaruhi obat pelemas yang membuat seluruh
tenaganya seperti telah lenyap, disamping itu juga memang Kim Lian pun memiliki
kepandaian yang tinggi, tidak mungkin ia bisa mencelakai wanita itu disaat
mereka bercumbu, malah kemungkinan dirinya yang akan lebih dalam terlanjur
jatuh kedalam cengkeraman wanita itu.
Hal ini membuat Toan Hongya
jadi ragu2 sampai ia berdiam diri saja.
Bong Kim Lian melihat sikap
raja itu, jadi tersenyum lagi. Kim Lian yakin kali ini tidak mungkin gagal
menguasai Toan Hongya, seperti yang dialaminya ketika ia berusaha menguasai Oey
Yok Su. Karena waktu itu tidak diduga telah muncul Lu Liang Cwan yang
mengagalkan rencananya, tetapi sekarang mereka justra berada disebuah kuil,
yang tentu jauh dari perhatian siapapun juga, terlebih lagi ketiga orang
pendeta pengurus kuil tua ini telah dibuat tidak berdaya, sehingga tidak akan
menimbulkan kegaduhan.
Memang Bong Kim Lian sekarang
telah melakukan segala apa yang hendak dilaksanakannya dengan penuh perhatian,
ia tidak mau kalau sampai kali ini harus menemui kegagalan lagi.
SedangkanToan Ceng sendiri
tengah bingung bukan main, diam2 ia berdoa dihatinya, untuk memperoleh jalan
keiuar, agar ada orang yang bisa bantu meloloskan ia dari cengkeraman Bong Kim
Lian.
Sebagai seorang raja yang
memiliki kekuasaan besar, belum pernah Toan Hongya dicekam oleh perasaan takut
seperti sekarang.
Namun sekarang, Toan Ceng baru
mengetahui apa yang disebut takut .........
Bong Kim Lian telah tertawa
lagi, dia menggeliat-geliat sambil mendekati dirinya pada Toan Ceng yang masih
rebah dipembaringan.
Waktu itu, Toan Ceng telah
memusatkan seluruh kekuatan sinkang yang ada padanya, untuk disalurkan pada
dirinya.
Namun Justru Toan Hongya
merasakan betapa napasnya agak memburu, hatinya juga tidak tenang.
Bong Kim Lian mendekati
mukanya pada raja itu, ia berbisik dengan suara yang lirih sekali : „Tentu
Hongya tidak keberatan jika kita melakukannya sekarang ........ !"
Jari2 tangan Bong Kim Lian,
yang lentik itu telah meng-usap2 dada Toan Hongya, sehingga membuat raja itu
tambah jijik saja.
---oo0oo---
TIBA-TIBA Bong Kim Lian
merasakan dada raja ini keras sekali.
Wanita cantik ini jadi heran,
segera ia menarik tangannya.........."
„Dadamu keras sekali, Hoogya
?" tanyanya ingin mengetahui.
Toan Ceng diam saja.
Sedangkan Bong Kim Lian telah
tertawa lagi, sambil mengulurkan tangannya, dia membuka tali pengikat pinggang Toan
Hongya, dimana dia hendak melepaskan pakaian luar raja ini.
Toan Ceng jadi gugup.
Segera juga Toan Ceng berusaha
mempergunakan kedua tangannya untuk mencegah perbuatan wanita itu.
Namun tenaganya telah habis,
ia tidak memiliki kekuatan untuk mencegah keinginan dari Bong Kim Lian,
sehingga pakaian luarnya telah kena dibuka.
Mata Kim Lian jadi terpentang
lebar2.
Wanita itu telah menyaksikan
sesuatu yang aneh dan tidak diduganya.
Tubuh dan dada Toan Hongya
bersisik „Kau.....?" katanya dengan suara tersendat dan ia jadi tertegun.
Toan Hongya seketika
memperoleh akal, tetapi la berdiam diri saja.
„Mengapa tubuhmu bersisik
seperti itu ?. Kau manusia atau binatang?" tanya Bong Kim Lian saking
heran dan takjubnya.
Toan Hongya menyahuti, karena
ia menganggap inilah satu-satunya kesempatan yang dimilikinya untuk meloloskan
diri dari cengkeraman Bong Kim Lian.
..Aku sesungguhnya telah minum
serupa racun, sehingga seluruh darahku keracunan ., dan tubuhku juga telah
timbitl sisik2 ini. Hanya bisa lenyap jika memang aku dapat tidur bersama
seratus perawan yang masih gadis.
Maka itu nona, aku bukan tidak
mau tidur denganmu......., justru darahku itu telah mengandung racun.
Setiap gadis yang tidur
denganku akan terbinasa karena keracunan, dimana racun yang mengendap ditubuhku
akan berpindah kepadanya.
Dan...... aku melihat engkau
demikian cantik, sayang kalau sampai binasa dengan cara begitu penasaran.
Rupanya kata2 Toan Hongya ini
berpengaruh juga untuk Kim Lian.
Tetapi tokh akhirnya Kim Lian
tersenyum juga ia merupakan seorang wanita yang telah hidup didunia ini hampir
delapan puluh tahun ia sangat berpengalaman sekali.
Iapun diam2 menduga didalam
hatinya : „Tampaknya raja Tailie ini adalah seorang raja yang luar biasa ia
memiliki sisik2 pada, tubuhnya tentu sari keperjakaannya itu lebih hebat dari
pemuda2 lainnya aku sangat beruntung telah berhasil menculiknya.
Karena berpikir begitu, Kim
Lian jadi girang, ia telah berkata : „Baiklah Hongya, aku tetap dengan
pendirianku, yaitu ingin tidur dengan Hongya berdua hari ini juga..... biarlah,
jika memang Hongya benar2 memiliki darah yang mengandung racun jahat yang bisa
mencelakai diriku, aku akan puas dan senang hati menerima akibatnya itu .......
!"
Toan Ceng jadi tambah bingung.
Gertakan yang diberikan oleh
raja ini ternyata tidak dihiraukan oleh Kim Lian, dan ti dak mendatangkan hasil
yang diinginkannya.
Diam2 Toan Ceng jadi mengeluh.
Waktu itu Kim Lian telah
mengulurkan tangannya mengusap dada raja ini.
Toan Ceng jadi menggidik.
„Tungguh dulu ....... !"
katanya gugup.
Kim Lian menarik tangannya, ia
telah mengawasi Toan Hongya.
„Kenapa Hongya ?"
tanyanya.
„Janganlah kita berbuat mesum
ditempat ini," kata Toan Ceng akhirnya merasa putus asa.
„Mesum....? Mengapa mesum....?
Bukankah engkaupun tertarik oleh kecantikanku? Bukankah kita sama2 senang
?"
„Tetapi aku tidak rela jika
melakukannya ditempat seperti ini ...... !" Kim Lian tersenyum lebar.
„Pemuda ini tampaknya sulit
ditundukkan, ia juga rupanya memang telah mengetahui perihal diriku dari
mulutnya Oey Yok Su dan Lu Liang Cwan. Maka lebih baik aku memaksanya saja,
merayunya hanya akan sia2 membuang2 waktu belaka.
Karena berpikir begitu.
Kim Lian bermaksud akan
mempergunakan cara paksaan saja.
Maka Kim Lian tersenyum.
„Baiklah, jika memang Hongya
tidak bersedia untuk melakukannya sekarang, aku akan sabar menunggu ! Kalau
memang Hongya hendak pulang dulu keistana, akupun bersedia mengantarkannya,
asal Hongya tidak mendustai aku dan kelak menjemputku keistana .......!"
Mendengar perkataan Kim Lian
yang sudah tidak mendesaknya, agak lega hati Toan Hongya.
„Tentu.....aku akan menepati
janjiku ...!" kata Toan Hongya.
„Jika engkau mau mengerti dan
tidak melakukannya disini, kelak aku akan menjemputmu untuk tinggal
diistana........!"
Kim Lian pura2 memperlihatkan
sikapya, gembira, katanya: „Baiklah....., tunggulah sebentar aku hendak
mengambilkan sesuatu untuk Hongya...... !"
Toan Ceng mengangguk.
Dihatinya raja men-duga2,
entah barang apa yang hendak diambil oleh Kim Lian.
Sedang menanti begitu, Toan
Hongya juga memutar otak mencari akal untuk dapat meloloskan diri dari wanita
cabul itu.
Waktu itu Kim Lian telah
kembali, ditangannya membawa dua buah cawan.
Cawan yang satunya diberikan
kepada Toan Hongya, sambil katanya: „Mari kita rayakan pertemuan kita ini
dengan minum bersama secawan the....... dikuil ini tidak terdapat arak, kukira
teh pun cukup pantas untuk mengikat tali persahabatan kita.......!"
Muka Toan Hongya jadi berobah
lagi, ia memang pernah mendengar dari Oey Yok Su bahwa wanita ini sangat cabul
sekali, maka ia bersikap hati2
Tetapi Toan Hongya tidak mau
memperlihatkan kecurigaannya itu.
la menyambuti cawan yang
diberikan kepadanya, diliriknya, air teh itu tidak memperlihatkan sesuatu yang
mencurigakan.
„Mari kita minum ajak Kim
Lian.
„Tunggu dulu... !" kata
Toan Hongya.
„Apa lagi yang ingin
ditanyakan Hongya?"
„Tadi aku mengatakan kita
berada dikuil, apakah kamar ini merupakan salah sebuah kamar dari sebuah
kuil?" tanya Hongya itu ..... mengulur waktu.
Kim Lian mengangguk.
„Ya, aku telah meminjamnya
dari pendeta yang mengurusnya.....!" sahutnya sambil melontarkan senyuman
manisnya kepada raja itu........ genit sekali.
Toan Hongya baru saja ingin
bertanya lagi, Kim Lian telah meneguk teh didalam cawannya, kemudian katanya:
„Silahkan Hongya meminum teh itu......!"
„Aku tidak haus.......!"
Hongya tersebut memberikan alasan.
„Apakah Hongya tidak mau
memberikan sedikit muka terang padaku sehingga teh untuk mengikat tali
persahabatan saja tidak di minum oleh Hongya ?"
Toan Ceng bingung, ia melihat
Kim Lian memperlihatkan wajah yang kurang puas.
Maka akhirnya Toan Ceng
berusaha mengalihkan perhatian wanita itu.
„Aku lapar sekali......!"
katanya.
Kim Lian mengerutkan alisnya.
„Dimana aku harus mencari
makanan untuk mu ?" tanya Kim Lian.
„Pergilah kau mencarikan dulu,
aku kuatir jika perutku kosong akan bisa masuk angin....!" kata Toan Ceng,
karenaa ia hendak mempergunakan jika Kim Lian meninggalkannya, untuk membuang
teh dicawannya dan membohongi wanita itu babwa ia telah minum teh itu.
Tetapi Kim Lian tersenyum
sambil katanya : „Sekarang engkau minum dulu teh itu, nanti aku akan pergi
mencarikan makanan untukmu........!"
Toan Ceng terpojokkan lagi.
Dalam keadaan demikian
benar-benar Toan Hongya jadi gugup sekali.
Ia tidak tahu alasan apa lagi
yang bisa diberikannya untuk mengulur waktu.
Waktu itu Kim Lian berkata :
„Minumlah Hongya !"
Toan Ceng diam saja.
Kim Lian mengulurkan
tangannya, dia mendorong cawan ditangan raja itu kedekat mulut Toan Hongya,
agar raja itu meminumnya.
Toan Hongya jadi tergoncang
keras hatinya, ia jadi merinding.
Tetapi sekarang Toan Hongya
sudah tidak memiliki jalan keluar lagi, dan dia merasakan air tah itu memasuki
mulutnya mengalir melewati tenggorokannya.
Gelisah sekali hati raja ini,
ia juga telah mengeluh didalam hatinya.
Air teh itu dirasakan agak
sepat dan pahit2 maka Toan Hongya tetah yakin bahwa didalam air teh itu
dicampuri oleh semacam obat, hati raja ini jadi dingin sendirinya, dan ia tahu
dirinya semakin dalam terlanjur kena dicengkeram oleh wanita cabul ini,
cengkeraman yang bisa menghancurkan hidupnya sebagai seorang pemuda.
Kim Lian melihat cawan
ditangan Toan Hongya telah kosong, kemudian dengan gerakan yang gesit sekali,
tangan Kim Lian memegang kedua rahang bawah mulut Toan Hongya sehingga mulut
Kaisar itu jadi terbuka.
Ternyata mulut itu telah
kosong, air teh yang tadi diminum Toan Hongya telah tertelan.
Kim Lian tersenyum, sedang
matanya melirik genit sekali.
„Bagus!" katanya manja
sekali.
„Engkau telah meminum air teh
persahabatan itu.......! Engkau jangan kuatir, aku akan memberikan makanan yang
paling lezat untukmu, melebihi lezatnya dari makanan yang mana saja didunia ini
!"
Terkesiap hati Toan Hongya, ia
mengerti apa makna perkataan wanita cabul itu.
Jelaslah kini, bahwa didalam
air teh itu tentu terdapat semacam ramuan yang bisa mempengaruhi dan
membahayakan diri.
Toan Hongya jadi mengeluh, ia
memejamkan matanya.
Tiba2 Toan Hongya jadi
terkejut, karena pipinya telah dicium oleh Kim Lian.
Raja itu membuka matanya, ia
mempergunakan kedua tangannya mendorong keras sekali tubuh Kim Lian.
Namun disebabkan tenaganya
lenyap akibat pengaruh obat pelemas, maka dorongan Hongya itu tidak berarti
apa-apa buat Kim Lian, tubuh wanita itu sama sekali tidak bergeming.
Toan Hongya tambah gugup.
Tetapi Kim Lian dengan
sikapnya yang genit telah berbisik : „Hongya, aku sangat mencintaimu, begitu
aku melihatmu, hatiku telah tergoda........!"
„Akhhhh........!" keluh
Toan Hongya.
Kim Lian mendengar keluhan
itu, ia mengangkat kepalanja dan memandang Toan Ceng.
„Ada apa Hongya, tampaknya
engkau begitu gugup dan muram?"
„Tidak apa2 aku hanya kecewa
mengapa aku tidak bisa kembali keistana dan menikmati kehangatan tubuhmu
didalam istanaku..!"
Soal tempat tidak berarti apa2
.., justru kehangatan tubuhku ini bisa Hongya cicipi di sini saja. Menyenangkan
juga bukan?"
Toa Ceng berdiam diri saja.
Saat itu Kim Lian telah
berkata lagi dengan suara yang perlahan berbisik manja : „Bagaimana jika
sekarang saja kita lakukan Hongya"
Toa Ceng jadi gugup sekali :
"Jangan ..!"
„Kenapa ?"
„Darah sangat beracun .....
seperti engkau lihat betapa tubuhku seluruhnya telah tumbuh sisik
........!" kata Toan Hongya.
Kim Lian telah tersenyum.
„Hemmm........., itu tidak
berarti apa2.. . . jusru aku akan senang sekali bila telah berhasil tidur
dengan Hongya, biarpun aku akan menerima kematian akibat keracunan dari darah
Hongya, aku puas ........!"
Benar2 kewalahan Toan Hongya
menghadapi wanita cabul ini, ia telah berusaha untuk menggeser tubuhnya, tetapi
tenaganya sangat lemah. Diwaktu itulah Toan Hongya merasakan terjadi sesuatu
perobahan pada dirinya, didalam tubuhnya seperti terdapat semacam uap panas.
Toan Hongya terkejut. Bong Kim Lian telah tersenyum.
„Mengapa Toan Hongya membawa
sikap seperti seorang gadis malu2 kucing ?" tanyanya dengan sikap yang
manja sekali.
Toan Hongya mendongkol bukan
main. ,,Jangan kau menggangguku," katanya.
„Aku tidak akan mengganggu
Hongya, aku hanya ingin menghadiakan sesuatu kegembiraan pada Hongya ....
!"
„Tetapi ...!" Toan Hongya
tidak bisa meneruskan perkataannya, sebab wanita telah merangsek terus.
Tangan Toan Hongya bisa
menyentuh lengan wanita cabul itu, halus sekali.
Hati raja ini tergoncang keras
sekali, dan ia merasakan hawa yang panas beruap didalam tubuhnya kian mendesak
dirinya, hatinya ber-debar2.
Toan Hongya berusaha
mengerahkan sisa lwekang yang ada padanya, untuk menguasai goncangan hatinya.
Namun hawa panas didalam
tubuhnya itu tetap mengganggu dan mempengaruhi dirinya.
Bong Kim Lian juga mengetahui
bahwa obat yang diberikan kepada raja ini telah mulai bekerja, ia tertawa
manja.
„Hongya, engkau tidak perlu
menolak hadiah yang kuberikan ...!" katanya dengan manja. „Engkau tidak
perlu sulit2 bisa memperoleh sesuatu yang menggembirakan........!"
„Jangan ......... jangan
menggangguku...... !"
Berulang kali Toan Hongya
berkata begitu.
Tetapi Kim Lian tertawa,
wanita ini berkata begitu.
Sepotong demi sepotong ia
melepaskan pakaiannya, sehingga tertarik tubuhnya yang putih halus.
Toan Ceng memejamkan matanya,
ia tidak mau menyaksikan apa yang ada dibadapannya. Tetapi justru waktu itu Kim
Lian telah mendekatinya.
„Toan Hongya, apakah aku perlu
membantuimu untuk melepaskan pakaianmu?" tanyanya.
Toan Hongya jadi tambah gugup.
Waktu itu Kim Lian telah
bekerja untuk melepaskan pakaiannya Toan Hongya.
Raja Tailie itu berusaha untuk
memberikan perlawanan. Namun mana dia sanggup? Tenaganya seperti telah lenyap
semuanya.
Terlebih lagi waktu ia tengah
dikuasai oleh obat yang baru diminumnya.
Toan Hongya jadi mengeluh.
Celakalah aku kali
ini.........!" pikirnya.
Tetapi dalam keadaan terdesak
seperti itu Toan Hongya telah teringat sesuatu.
„Tunggu dulu....!"
katanya.
„Kenapa ?"
„Kau lihat, sinar matahari
pagi mulai tampak.....!" kata Toan Hongya.
„Apa hubungannya antara
matahari dengan kegembiraan kita?" tanya Kim Lian, yang jadi tidak
mengerti atas perkataan Toan Hongya.
„Tentu saja kita tidak bisa
melakukannya sekarang, nanti hwesio2 penghuni kuil ini akan terbangun dari
tidurnya........!"
Kim Lian tertawa.
„Mereka telah kubereskan
!"
„A. ., apa? kau telah
membunuhnya?"
„Tidak. . .!" katanya.
,Aku hanya menotok mereka, membuat mereka tertidur untuk dua hari dua malam. .
.!" „
Toan Hongya jadi mengeluh
lagi, gagal Fu la akalnya kali ini.
„Nah Toan Hongya, lebih baik
engkau tidak terlalu banyak mempersulit : ku... l" kata Kim Lian. „Terus
terang saja, aku memang mem butuhkan sekali tidur dengan kau saat2 aekarang
ini. . .!"
„Tetapi. aku tidak sudi. , .
Kenapa ? Apakah aku terlalu
jelek „Bukan itu sebabnya. . ." Kim Lian tertawa.
„Engkau telah meminum obatku,
engkau tentu akan dikuasai oleh obat itu !"
„Aku akan bunuh diri. . . .
„Mengapa begitu? " tanya
Kim Man lagi dengan suara yang perlahan dan tertawa manja.. ,,Engkau tidak
mungkin bisa membunu6 dirimu sendlri.., karena teaagamu telah lenyap... !"
„Tetapi jika memang engkau
bermaksud memaksa aku, biarlah aku akan benar-benar bunuh diri.......! "
„Itulah perbuatan tolol,
engkau diberikan makanan yang enak dan kegembiraan, tetapi engkau menolak
rejeki.......!"
„Tetapi engkau wanita
sesat.....!"
„Apa kau bilang?" muka
Kim Lian berobah.
„Engkau seorang wanita
cabul.........!"
Muka Kim Lian jadi berobah
lagi, „Hemmm..... tentunya engkau telah mendengar ocehan dari pemuda she Oey
dan si-tua bangka seperti monyet Lu Liang Cwan itu?"
„Bukan......!"
„Lalu dari mana kau bisa
mengeluarkan,a kata-kata seperti itu ?"
„Aku telah menyaksikan engkau
bukan manusia baik-baik, engkau wanita sesat....!"
„Mengapa begitu ?"
„Engkau telah memaksa aku
melakukan perbuatan mesum.......!"
„Tetapi semua itu untuk
kegembiraanmu, bukan ?"
„Cisss, aku tidak sudi......!
Engkau seorang wanita nenek2 yang telah tua dan tarsesat, yang melatih ilmu Im
Yang Hun, bukankah begitu ?"
Mendengar perkataan Toan
Hongya yang terakhir, Kim Lian tertawa bergelak.
„Tampaknya engkau memang
mengetahui banyak soal diriku!" katanya.
„Baiklah......, baik......
lah, aku berterus terang "
Dan setelah berkata begitu,
Kim Lian mengawasi Toan Hongya tajam2.
Kemudian katanya lagi: „Terus
terang memang aku mempelajari ilmu Im Yang Hun.
Maka jika engkau mau menuruti
secara baik2 keinginanku untuk memberikan kegembiraan padaku hari ini, tidur
bersamaku, besok aku akan membebaskan engkau tanpa kurang suatu apapun juga, „hanya
untuk memperlengkapkan syarat dari ilmu yang tengah kulatih ini! Ini tentu
tidak akan merugi kan dirimu juga...!"
Tetapi Toan Hongya telah
menggelengkan kepalanya keras-keras, saat itu sebetulnya Toan Ceng tengah
mati-matian menindih perasaan nafsu yang berkobar didirinya akibat pengaruh
obat yang telah diminumnya.
„Engkau menuruti keinginanku
jika memang engkau ingin selamat... kata Kim Lian.
„Tidak.....!" sahut Toan
Hongya.
„Kenapa.......?"
„Aku tetap tid ak akan
memenuhi kenginanmu..........!"
„Tetapi engkau telah minum
obat perang sang yang kuberikan, akhirnya engkau tetap akan terpengaruh juga
oleh bekerjanya obat itu.........!"
Toan Ceng berdiam diri.
la juga menyadari, walaupun
bagaimana kuatnya ia berusaha menghindarkan diri dari pengaruh nafsu yang
berkobar akibat obat itu, tokh ia terbatas sekali, dan akhirnya tentu, akan
terjatuh ditangan wanita ini.
Hal ini telah membuat Toan
Hongya jadi tambah panik dan gugup.
Sinar matahari menyorot masuk
kian panas, menunjukkaa hari telah naik tinggi.
Sedangkan Toan Hongya sendiri
sedang men-duga2, entah orang2 istananya mengetahui atau tidak dirinya telah
diculik dan berada dikuil ini.
Kim Lian tertawa menyeringai,
ia bilang dangan suara yang mengancam: „Jika engkau tidak rnau menuruti dengan
sukarela, biarlah......... setelah engkau dipengaruhi bekerjanya obat itu, maka
semuanya, akan terjadi, dan setelah itu akan kubinasakan engkau.......agar
engkau tidak menimbulkan mulut2 usil lagi !"
„Lebih baik engkau membunuhku
sekarang saja ..........!" kata Toan Hongya, karena ia memang tidak rela
jika dirinya harus terjatuh ditangan wanita cabul itu.
„Enak benar kata mu itu
?" kata Kim Lian mengejek.
„Hemmm........, lihatlah,
beberapa lama lagi engka, bisa menahan diri.........?"
Kim Lian dalam keadaan polos
tanpa berpakaian itu telah duduk diam, menantikan bekerjanya obatnya itu didiri
Toan Hongya.
„Dilihatnya Toan Hongya
berusaha mati-matian menguasai dirinya.
Tetapi raja itu tidak berhasil
untuk menguasai dirinya, karena setelah berjuang sekian lama, tiba2 Toan Hongya
melompat dan memeluk Kim Lian.
Bong Kim Lian jadi girang,
usahanya kali ini akan berhasil, karena Toan Hongya jadi demikian liar,
memeluki Bong Kim Lian kuat.
Kam -Lian juga membalas-
mencumbunya.
Kali ini Kim Lian tentu akan
memperoleh kemenangan dengan tercapai maksudnya, maka ia girang bukan main.
Tetapi yang tersiksa adalah
Toan Hongya karena walaupun tangannya memeluk Kim Lian, dan ia tampaknya
terangsang sekali, pikiran jernihnya masih ada.
Raja dari Tailtea ini berusaha
untuk memberikan perlawanan terhadap nafsu yang dimilikinya, tetapi gagal dan
selalu tidak berhasil.
Disaat itu Toan Hongya seperti
seorang yang binal.
Tetapi waktu Kim Lian tengah
gembira karena akan berhasil, tiba2 terdengar suara pintu kuil diketuk
seseorang.
---oo0oo---