Pengarang: Kho Ping Hoo
Seri: Serial Bu Kek Siansu
Halaman: 39 Jilid
|
Kisah Si Bangau Putih merupakan Seri ke-14 dari cerita silat fiksi Bu Kek Sian Su karya A. S. Kho Ping Hoo.
Seri ini meski masih kental diwarnai oleh kiprah keluarga Pulau Es namun sebenarnya yang menjadi sentral dalam ceritanya adalah keluarga Istana Gurun Pasir. Cerita dalam seri ini memperjelas terkikisnya dominasi marga Suma (keluarga Pulau Es), Kao (keluarga Gurun Pasir), dan Kam (keluarga Suling Emas) mengingat keturunan terakhir mereka semuanya adalah perempuan. Tokoh sentral dalam cerita ini adalah Pendekar Bangau Putih Tan Sin Hong, Kao Hong Li, Suma Lian, dan Gu Hong Beng.
Kisah ini dimulai dengan kunjungan Tiong Khi Hwesio (Wan Tek Hoat) ke Istana Gurun Pasir. Keisengan mereka bertiga yang coba-coba menantang ganasnya badai pasir malah mempertemukan mereka dengan Tan Sin Hong kecil yang sedang mencoba menolong ibunya yang sudah meninggal. Mereka kemudian menolong anak ini dan memutuskan untuk mengangkatnya sebagai murid dan pewaris terakhir ilmu-ilmu sakti yang mereka miliki.
8 tahun kemudian, si cantik bengal Suma Lian yang sudah berusia 20-an mengunjungi Paman misannya si kembar Gak Jit Kong dan Gak Goat Kong (Sepasang Garuda dari Beng-san) untuk menyampaikan pesan suhunya Bu-beng Lo-kai Gak Bun Beng, tidak dinyana kunjungannya malah membantu kedua pamannya selamat dari ancaman Hok Yan Cu (seorang tokoh Pat-kwa-kauw) dan Hek-sim Kui-bo (Nenek Iblis Berhati Hitam) yang berencana menculik putranya. Kunjungan keluarga Beng-san Sian-eng ke lereng Cin-ling-san mengunjungi ayahnya menjadi momen terakhir Gak Bun Beng, dia meninggal setelah mengoperkan seluruh sinkangnya ke cucu tunggalnya, Gak Ciang Hun. Sepeninggalnya, kedua muridnya memutuskan untuk berpisah dan berjanji akan bertemu kembali. Suma Lian pulang ke orang tuanya dan Pouw Li Sian memutuskan untuk meminta bantuan ke Tiat-liong-pang untuk mencari jejak kakaknya, keputusan yang akan disesalinya kemudian.